Kritik dan Saran kirim ke 0818253301 MAPEL BAHASA INDONESIA
BLOGGER TEMPLATES AND Google Homepages »

Senin, 08 Maret 2010

BAHASA INDONESIA MENGALAMI KEPUNAHAN

Kerisauan bangsa Indonesia (termasuk guru bahasa Indonesia) hampir sama dengan bangsa Malaysia. Kedua bangsa yang memiliki karakter bahasa yang hampir sama ini merasakan kecemasan yang sama, yakni intervensi bahasa Inggris yang sedemikian dahsyat. 

Penggunaan bahasa Inggris sepotong-sepotong ini tentunya akan menggeser serta menggantikan kosakata bahasa Indonesia (+bahasa Melayu). Hal ini tentunya akan menggeser dan merusak ruh bahasa Indonesia (+bahasa Melayu) yang memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi terhadap bahasa lain.  Jika saja para penutur bahasa Indonesia menyadari benar akan peran 'bahasa adalah cermin bangsa' atau 'bahasa menunjukkan bangsa', maka kita bangsa Indonesia tidak perlu melihat 'kerusakan' karakter bangsa.

Bangsa Indonesia dengan bahasa Indonesia adalah satu bangunan yang padu dan yang menunjukkan semangat nasionalistik serta jatidiri bangsa sehingga mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Namun patut disayangkan, kesadaran untuk menggunakan bahasa Indonesia di kalangan tertentu (akademisi, artis, penyiar, wartawan, atau pekerja bahasa pada umumnya) sangat tipis. Dengan demikian, mereka tidak menyadari bahwa bahasa Indonesia yang proses pembentukannya membutuhkan waktu berabad-abad akan mengalami kepunahan dalam bilangan hari. 

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menempatkan dirinya sesuai dengan kapasitas dan proporsinya. Kita sama sekali tidak memiliki karakter yang dimiliki bangsa Inggris misalnya, yang jelas-jelas memiliki perbedaan waktu. Bahasa Indonesia tidak mengenal sistem waktu. Kita harus belajar kepada bangsa Jepang yang dengan jatidirinya mampu bersaing dengan negara-negara yang pernah menghancurkannya.

Dengan berbekal nasionalisme, di Jepang jarang ditemukan penyisipan bahasa asing di dalam struktur bahasa mereka, baik yang berupa kosakata, imbuhan, maupun lainnya. Di Jepang pula sangat langka ditemukan lembaga bahasa asing, karena mereka merasa cukup dengan bahasanya sendiri.

masih bersambung .....

Selasa, 23 Februari 2010

SEKAPUR SIRIH


Era komunikasi dan teknologi yang sudah lama berjalan di Nusantara ini memaksa orang-orang yang memiliki kepedulian pada dunia pendidikan, orang seorang yang memerhatikan pola-pola pembelajaran, komunitas tertentu yang mengamati ruang gerak pergerakan bahasa Indonesia, dan para pemelajar harus menyelaraskan seluruh aktivitasnya mengikuti pergerakan komunikasi dan teknologi sangat dinamis ini.  

Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional bangsa Indonesia memiliki karakter dinamis, kondusif, dan progresif yang sejak awal terbentuknya harus bertarung habis-habisan dengan mengalirnya pengaruh bahasa asing. Bahasa Indonesia mengalami krisis. Masyarakat pengguna bahasa Indonesia harus terasing dengan bahasanya sendiri. Demikian pula, yang terjadi pada pemelajar bahasa Indonesia di seluruh kelas, baik sekolah dasar, menengah, dan menengah atas. 

Keterasingan itu tampak pada saat mereka harus menghadapi Ujian Nasional dari Badan Nasional Standar Pendidikan. Penentuan nilai minimum 5,0 dianggap 'momok' yang tidak harus dihadapi. Ketakutan ini pun diselimuti dengan kalimat propaganda 'perjuangan tiga tahun hanya ditentukan dalam 4 hari."